Minggu, 30 Mei 2010

ASSALAM…..

ASSALAM…..
DI BANGILAN NAN SEPI ……..
PENUH HIBURAN
Jauh di sana, disebuah pedataran antara pegunungan Nglirip dan pegunungan Jatirogo, adalah sebuah desa , di zaman yang lampau , di masa kejayaan Kerajaan Majapahit masih memancar tinggi, nama desa ini telah sering jua menjadi sebutan orang-orang.
Bangilan, begitulah nama desa itu, ia terletak agak jauh dari kota yang ramai , imbang-imbangane kangelan , begitulah kata banyak orang atau yang sering kita dengar mbah-mbahe kangelan (kesulitan). Penduduknya telah benyak meninggalkan tempat itu, beralih ke bagian lain dari dunia yang luas ini, disebabkan penghidupan semata-mata.
Akhir-akhir ini nama Bangilan sudah sering pula disebut orang. Dendangan lagu lama telah beriak pula. Kepada kalbu para pemuda sering mendesir nama ini, ke Bangilan …….. Bangilan semoga akan selalu hidupkembali di hati para pecinta ilmu.
Nun di tengah-tengah desa itu, di bawah pohon-pohon yang rindang rimbun, di sela-sela pohon kelapanya yang berayun lambai-melambai, berdirilah gedung-gedung yang indah. Inilah dia tempat bernaung para penuntut ilmu. Pohon kelapa yang masih muda remaja itu memberikan kesan, bahwa masih muda pula gedung-gedung itu.
Itu….. tertegak sebuah gadung, besar dan kokoh rupanya. Gentingnya masih kemerah-merahan, tanda ia baharu bersolek. Itulah dia sebuah tempat gudang pengetahuan.
Satu lagi …… sebuah bangunan, kesanalah para santri mengerjakan ibadahnya, tunduk tafakur, mengenangkan rahmat Ilahi, memuji kebesaran-NYA siang dan malam, pagi dan petang …….itulah mushollanya walau masih dalam keadaan darurat.
Bangunan-bangunan ini jauh dari rupa kemegahan, ia lain dari bentukan yang sering kita pandang di kota-kota yang besar. Tak ada satu kemegahan yang tampak dari luar. Semuanya bersahaja.
Dalam bersahaja itulah terletak keagungan isinya.
Sepi tempat ini, dalam pandangan pencipta ramai.tapi besar artinya bagi pencipta damai. Tak ada artinya bagi pandangan ahli pelesir. Dalam pandangannya bagi ahlifikir. Sempit tempat ini, bagi orang yang nakal, tetapi tersedia bagi orang yang suka tafakur dan mengasah fikiran.
Ia bukan tempat untuk mencari kesenangan , mengumbar hawa, tetapi inilah tempat berkorban dan bertaqwa. Di sini bukan untuk mencari keuntungan harta benda, tetapi inilah tempat berkhidmad, mengabdi ke hadapan Agama, Nusa dan Bangsa.
ASSALAM …….
Untuk ke dua kalinya ia akan membuka sejarahdari pusera yang lama itu, bangkitlah putera baru yang pantang mundur, tak kenal lelah , walau badai selalu menghantamnya, ia akan selalu tabah menghadangnya sambil berdo’a kepada Robbinya. Alam yang sejuk, udara yang bersih, langit yang jernih itu, turut mengasuh putera Bangilan asli.
Pohon-pohon yang tumbih sekelilingnya berdaun rimbun melambai-lambai, turut pula mengamat-amati akan keselamatannya. Burung-burung yang berterbangan di sekelilingnya, turut menyanyikan lagu-lagunya, mengelu-elukan akan datangnya zaman baru itu, turut menghiburkan kedukaan lama.
Sinar matahari, cahaya bulan turut memandikan dengan cahaya dan sinar hikmatnya itu.
Sekali-sekali turun hujan menyiraminya, pelepas dahaga bagi penduduknya, menghidupkan segala makhlik yang bernaung diperlindungannya.
ASSALAM ……..
Sempit tanahnya bagi manusia yang selalu mengejar keduniaan. Lapang dan subur bagi makhluk yang inginkan kebahagiaan akhirat dan ridlo Tuhan. Tak terlepas dahaga bagi insane yang tamak, tetapi di sanalah mengalir mata air, kebahagiaan dan kemenangan di sisi Kholiqul –Alam.
Dari sela-sela itulah terpercik beraneka ragam ilmu yang dalam, ilmu yang kekal untuk bekal berjalan, di sanalah memancar cahaya kebahagiaan, kebahagiaan dunia dan akhirat, bagi siapa yang menginginkannya.
SIDOKUMPUL …….
Tempat terlahirnya pondok lama, kini menjelma pondok baru, PONDOK MODERN, ASSALAM-ASSALAM-ASSALAM dan tetap ASSALAM.
Arti pondok, ialah perumahan tempat tinggal para pelajar. Di sana berdiam para kyahi. Pondok adalah tempat perhubungan roh yang kekal abadi, tempat pembentukan jiwa kearah mengenal Ilahi Robbi, tempat pelatihan raga ke pendirian percaya diri sendiri, pondok tempat santri membentuk budi, tempat menentramkan gelisah hati, tempat kyahi mewejang santri, agar santri mengenal diri.
Pondoklah tempat pertemuan jiwa , jiwa santri dan jiwa kyahi sepanjang hari. Di pondok santri berdiam, di pondok pula, kyahi bersemayam.
Perhubungan kyahi dan santri sepanjang hari, setiap waktu, setiap masa, sehingga meresaplah rasa cinta, cinta yang kekal tak putus-putus, walaupun santri telah berjalan, meneruskan jaran yang telah diminumnya.
Pondok menjadi pernaungan yang tak mudah hilang, tak gampang lekang.
Modern, berarti menjaman, menjaman berarti tak diam, tetap pengawasan kehendak zaman, tetap memperhatikan kehendak masa. Modern adalah cara, daya upaya untuk melaksanakan lekas berhasilnya sesuatu rancangan, untuk memajukan sesuatu idaman dengan mudah dan gampang, singkat, lekas berubah, memuaskan.
Modern berarti aktif, bukan pasif yang tak ambil pusing kiri dan kanan, tek mengindahkan panggilan zaman, dan berarti selalu maju ke muka selangkah demi selangkah.
Inilah dia ASSALAM…
ASSALAM dan Pondok Modernnya merupakan tempat kedamaian dan ketentraman yang jarang tolak bandingnya.
ASSALAM dengan Pondok Modern ……………… itulah dia ASSALAM.
ASSALAM berarti selamat atau damai, selamat kalau diri dan jiwa merasa damai dan tenteram. Kebahagiaan yang tak ada bandingnya, kemulyaan yang tak ada imbangannya, ialah kedamaian jiwa dan raga.
Jiwa dan raga baru dapat tentram, kalau insan mengenal Tuhan. Mengenal Tuhan tak pula akan terdapat kalau makhluk tak berpengetahuan yang luas dan dalam.
Bangilan, Pondok dan ASSALAM-nya menyediakan ini. Tak heran sehari demi sehari, menyongsong sinar matahari pagi, berduyun-duyun para santri pecinta ilmu, bersama-sama melangkahkan kaki, mengarungi lautan, melepaskan ikatan, untuk pergi ke ASSALAM.
Telah banyaklah santri yang turut menghisap kenikmatan dan kelezatan ilmu di ASSALAM itu. Telah banyaklah para santri, yang merasakan keindahan dan ketinggian kejayaan ASSALAM.
ASSALAM tempat mereka bernaung. ASSALLAM tempat mereka berenang, merenangi ilmu yang dalam. ASSALAM tempat mereka berpijak, menapaki langkah.
Ratusan santri telah turut belajar dengan perahu, yang telah bermuat sarat itu, perahu yang cukup perbekalan, untuk mencapai pulau idaman.
Dalam kemajuannya, sehari demi sehari, bekan sedikit pula orang yang iri hati, tuurut meniru, tak dapat,terus menanam dengki, berupaya hendak menghalangi dan atau mengacaunya.
Halangan tinggal halangan, rintangan dipatah pukakkan, layar telah terkembang, siapa suka boleh ikut, tak sudi jangan mengeji, relakan dia dengan keikhlasan hati.
Seorang yang bercita-cita tinggi , kemauan kuat, berkeras hati, pantang surut walau setapak, laut yang lebar ia renangi, gunung yang tinggi ia daki, namun kata di hati telah terdetik “aku mau ini”, maka ia berjalan terus …………….terus maju ke muka menepati janji.
Janji ini sudah tertera,ialah bagi orang yang suka kerja, janji berupa kemenangan sesudah bersusah payah, janji ini janji sakti, tak diperoleh dengan umpat yang keji, begitulah firman Ilahi, begitulah pesan, begitulah pesan-pesan nenek zaman bahari.
Susah payah, rintangan, halangan, itulah hiuasan perjuangan. Perjuangan ialah pertarungan antara yang diidamkan dengan yang tak nginginkan, mempertahankan keyakinan dengan yang tak meyakinkan, mewujudkan cita-cita kepada kenyataan yang berwujud.
Sesuatu kewujudan yang dapat dirasakan lezatnya sesudah menempuh beberapa kesusahpayahan, sesudah menderita kepahitgetiran, sesudah menanggungkan macam-macam adzab, hinaan dan nistaan ………… itulah dia kenikmatan.
Telah berlalulah beberapa waktu , telah bertukarlah beberapa musim, namun segala rintangan telah terlampau, namun kepayahan-kepayahan sudah agak terbalas, karena usaha yang mulanya berupa remeh, kini sudah menanjak agak berwujud, agak berani diketengahkan ke muka khalayak.
Kalau kini, di bawah pohon-pohon yang rimbun, kalau di bawah pohon-pohon jambu dan nangka yang rindang itu duduk ratusan santri bercakap-cakap dengan asyiknya, bercengkerama dengan ramahnya, bersoal dan bertanya kepada bukunya, bagaimanakah pula tahun-tahun yang akan dating ………………..?????????????
Dalam hawa yang bersih, udara yang murni, awan yang jernih, alam yang suci, di sanalah medan pendidikan bagi santri kita yang masih putih bersih, suci murni itu diasuh dan dilatih, dipupuk dan dirabuk, dipersenjatai dengan belbagai senjata, kelak di kemudian harinya menjadi panglima di muka, berkorban terlebih dahulu sebagai ganjaran kemenngan, bukan hana perintah dan penyuruh dari belakang, bukan hanya sebagai pendikte teoritis.
Di tempat yang suci diajar kesuc ian, diterima pula dengan hati yang masih murni, insyaAllah akan tercapailah apa yang dikenangkan itu.
Didikan dalam alam yang terbuka, agar tak terkungkung jiwa mereka, disuruh hidup sederhana, agar tak terkejut di tempat mana saja, diajari bersusah payah, agar mudah mereka berusaha, tak terkungkung oleh nafkah, tak terbelit oleh harta, tak luntur karena dunia.
Di desa mereka bersemedi, agar mereka selalu teringatkan diri, bahwa di tempat semacam itulah tempat yang harus mendapat penerangan, di tempat seperti itulah yang mereka harus dibela. Di desa mereka dapat melihat hal ikhwal rakyat, dapat menyaksikan kakurangan umat, dapat menimbang hajatnya masyarakat, kurang penyuluh, kurang penerangan, kurang penunjuk untuk melangkah.
Itulah yang harus mereka bela, itulah yang harus mereka khidmati, itulah yang utama, harus ditolong, itulah pertama,harus dibimbing. Di sanalah tempat diri mengabdi ……………………
Di tempat sunyi mereka belajar, tak lain dan tak bukan, ialah semata-mata untuk memperkuat roh dan raga, tahankan berasing dari kesenangan, sanggupkah menahan kesunyian kelaknya, tahan ujikah menahan nafsunya ……………….????????????????????????
Diperbekali mereka dengan ilmu agama, agar mereka insyaf akan Tuhannya, insyaf mereka, bahwa dunia ini tempat lalu belaka, ia bukanlah suatu tujuan yang berharga di sisi Tuhan Yang Maha Besar itu.
Diperbekali mereka pula dengan berbagai ilmu pengetahuan, agar terbuka dada mereka, luas pandangan mereka, dalam jajahan mereka, terbuka medan perjuangan mereka seuas-luasnya di penjuru ala mini.
Itulah sekedar dasar didikan yang terpancar disela-sela gedung dibawah pohon-pohon yang rindang itu, itulah serba ringkas kesan-kesan yang telah dirasakan selama menumpangkan diri keperahu Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban.
Itulah percikan kenikmatan, selama diri turut bernaung dalam ASSALAM itu.
Banyak benar lagi hal-hal yang indah murni yang dapat digali dari perbendaharaan ASSALAM itu.
Banyak benar permata peni dan edi, indah dan permai yang masih terpendam di bawah gedung-gedung yang bersahaja itu.
Siapakah yang akan dapat menemuinya, hanya santri yang insyaf akan gunanya, ini yang sudah pasti. Berbahagialah santri yang selalu ingat hal ini. Berbahagialah ibu pertiwi yang mempunyai ASSALAM sepertin ini.
Semoga Alla melanjutkan usahanya, sehingga tercapai idamannya. Tuhan Alla jua yang lebih Kuasa, dan Maha Kuasa atas segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar